Travel dengan autoimun

970936_10151563363795888_2136687784_n

Saya adalah seseorang yang sangat suka travelling. Salah satu ambisi hidup saya adalah keliling dunia. Namun menjadi sulit ketika saya dalam kondisi agak lumpuh. Meskipun begitu, saya menjadi mendapatkan pengalaman travelling with disability dan saya ingin membagi pengalaman tersebut dengan anda. Dalam perjalanan pengobatan penyakit saya, saya pernah berobat ke Malaysia, Singapura dan bahkan Eropa. Transportasi saya untuk mencapai negara-negara tersebut adalah pesawat terbang. Saya hanya pernah menggunakan tiga maskapai ketika saya pernah agak lumpuh dan memerlukan fasilitas kursi roda, yaitu Singapore Airlines, Turkish Airlines, dan Emirates (serta anak perusahaannya Flydubai), namun ada beberapa hal yang bisa saya komentari untuk kenyamanan bagi seseorang dengan disabilitas baik menggunakan maskapai manapun. Selain itu, meskipun tidak lumpuh, seseorang dengan penyakit autoimun juga perlu memikirkan kenyamanan selama penerbangan karena dalam kondisi ‘biasa’ saja badannya tetap terasa sakit-sakit, kaku-kaku atau bengkak. Oleh karenanya, saya akan memberikan masukan saya mengenai traveling dalam hubungannya dengan kenyamanan bagi penderita penyakit autoimun serta membagi pengalaman saya sendiri bagaimana saya traveling dengan penyakit autoimun.

Bagi para penderita penyakit autoimun yang menderita dengan gejala sakit-sakit sendi terutama yang sering bengkak-bengkak umumnya mengenai kaki dan lututnya, sehingga jika kakinya lama dalam satu posisi seperti terkekuk misalnya, menjadi sulit merubah posisi karena kaku dan nyeri. Yang nyaman untuk para penderita tersebut adalah jika mempunyai keleluasaan untuk mengerakkan kakinya. Terkadang ada maskapai penerbangan yang menyediakan gambar kursi pesawatnya berdasarkan kelas dengan ukuran-ukuran kursi pada websitenya. Hal itu layak dilihat dan dipertimbangkan. Memang maskapai yang kita pilih biasanya adalah sesuai dengan rute mana yang kita mau ambil untuk traveling karena terkadang pilihan penerbangan tidak banyak, jadi mau tidak mau meskipun mungkin kursinya sempit kita harus memilih maskapai tersebut. Namun, dengan melihat dulu bagaimana keleluasaan kursinya, jika ada beberapa pilihan kita jadinya bisa memilih ataupun jika tidak ada pilihan kita jadi tahu dan bisa mempersiapkan diri. Jika ternyata kursinya sempit, ada beberapa hal yang bisa diusahakan. Yang bisa dilakukan adalah setelah memesan tiket hubungi atau datangi kantor maskapai tersebut dan mintalah untuk diberikan kursi yang terdepan yang didepannya tidak ada kursi lagi. Sampaikan kondisi anda dan bahwa anda membutuhkan ruang gerak untuk kakinya. Hal itu bisa dilakukan dan biasanya anda akan diprioritaskan selain keluarga yang membawa bayi dan membutuhkan tempat tidur bayi. Ketika anda check in, jangan lupa untuk kembali memastikan anda telah mendapatkan kursi tersebut, karena tidak jarang ada perubahan kursi oleh maskapai ketika check in, anda sampaikan kembali kenapa anda butuh kursi tersebut.  Jika anda tidak mendapatkan kursi tersebut dari check in, ketika anda boarding pesawat, anda bisa mencoba bicara dengan pramugari/pramugara-nya, mereka umumnya bisa membantu anda. Jika anda sudah mencoba tapi pada akhirnya tidak mendapatkan kursi yang leluasa pastikan selama penerbangan anda tidak hanya duduk terus, berdirilah dari waktu ke waktu dan berjalanlah bolak balik di koridor sekali-kali.

Untuk perjalanan jauh, pastikan anda menyiapkan segala untuk kenyamanan anda. Bawalah bantal kecil tambahan yang nyaman untuk anda serta karena umumnya penderita penyakit autoimun sensitif terhadap suhu mungkin perlu juga membawa selimut sendiri. Maskapai biasanya menyediakan selimut namun terkadang selimutnya tipis. Gunakanlah pakaian yang longgar nyaman dan sepatu yang nyaman. Jika perlu bawalah sandal hotel atau kaos kaki untuk mengganti sepatunya selama penerbangan. Beberapa maskapai menyediakannya untuk penerbangan jarak jauh. Tidur adalah penting untuk penderita penyakit autoimun karena kurang tidur atau tidur yang kualitasnya buruk bisa memicu memarakkan penyakitnya. Maka bagi anda yang menderita dengan keluhan badannya terasa sakit-sakit atau sulit tidur di pesawat usahakan memperjuangkan kenyamanan agar bisa tidur di pesawat. Saya sarankan jika naik kelas ekonomi, ketika boarding mintalah kepada pramugara/pramugari-nya jika bisa mendapatkan kursi yang sebelah-sebelahnya kosong, sehingga bisa tidur memanjang di pesawat. Setelah semua penumpang naik, akan terlihat mana kursi yang kosong, perhatikanlah dan sampaikan kepada pramugara/pramugari-nya untuk dapat pindah kursi jika kursi yang anda dapatkan tidak kosong sebelah-sebelahnya. Hal ini bisa dilakukan.

Bagi anda yang memerlukan kursi roda, maka pastikan anda mendaftarkan diri untuk fasilitas kursi roda ketika check in. Anda bisa membawa kursi roda anda sendiri atau meminta kursi roda bandara melalui maskapai penerbangan anda. Kursi roda akan disediakan untuk anda beserta dengan seorang petugas untuk mengantarkan anda hingga ke pesawat. Jangan ragu jika memang anda mempunyai kesulitan untuk jalan jauh. Anda mengetahui kemampuan dan batas diri anda, jangan sampai anda kelelahan dan menyebabkan penyakit anda memarak. Namun jika anda masih mampu, maka anda tidak memerlukan kursi roda. Jika anda sudah mendaftarkan diri ketika check in untuk menggunakan fasilitas kursi roda, maka nanti setiap turun dari pesawat dalam perjalanan anda, kursi roda harusnya akan siap tersedia untuk anda. Ketika turun dari pesawat, tanyakan kepada pramugara/pramugari mengenai kursi roda anda. Jika pesawat terhubung dengan belalai, akan mudah naik dan turun dari pesawat, namun terkadang pesawat tidak terhubung belalai dan perlu menggunakan tangga dan bus untuk sampai ke gedung bandara. Umumnya maskapai akan memperhitungkan dan mempersiapkan untuk para penumpangnya yang menggunakan kursi roda. Mereka menyediakan kendaraan khusus seperti lift untuk menurunkan para penumpang tersebut dari pesawat sehingga tidak perlu menuruni tangga. Jika anda benar-benar tidak bisa naik turun tangga, anda perlu memastikan kendaraan ini siap untuk anda, maka ketika anda memesan tiket pesawat pastikan mengenai hal ini terlebih dahulu.

Yang perlu juga menjadi pertimbangan adalah berapa lama anda transit di bandara. Saya sarankan anda memberi waktu untuk anda bisa beristirahat di tempat transit anda. Beberapa bandara besar yang menjadi pusat transit menyediakan hotel bandara. Ada baiknya anda mencari tahu mengenai ini dan mempertimbangkan untuk booking fasilitas hotel. Dengan begitu anda bisa mengistirahatkan badan anda dengan baik, serta juga mandi di hotel. Anda akan lebih segar dan siap untuk melanjutkan perjalanan anda. Pastikan juga selama di pesawat anda banyak minum jangan sampai dehidrasi, mintalah kepada pramugara/pramugari.

Diatas telah saya sampaikan beberapa tips untuk traveling. Selanjutnya saya akan mencoba membagi pengalaman saya sendiri traveling setelah saya mengidap penyakit autoimun. Ketika awal mengidap penyakit saya, tiap bulan saya bolak-balik untuk berobat ke Malaysia dan Singapore. Ketika ke Malaysia saya menggunakan Malaysian Airlines dan ketika ke Singapore saya menggunakan Singapore Airlines atau Garuda Indonesia. Ketika itu, saya masih kuat untuk berjalan jauh meskipun badan dan sendi-sendi saya sakit-sakit. Namun ketika itu, saya masih jarang bengkak pada persendian. Selain itu, saya hanya perlu menempuh perjalanan sekitar 2,5 jam untuk sampai ke tujuan. Oleh karenanya, saya tidak banyak melakukan persiapan sebelum perjalanan. Tapi pun, terkadang pinggang dan leher saya sakit di tengah perjalanan, maka saya sering meminta bantal kepada pramugari selain menggunakan cardigan saya sendiri untuk tambahan bantalan.

Setelah saya menjadi agak lumpuh, saya mulai menggunakan fasilitas kursi roda. Saya pernah ke Singapore dan Eropa dengan fasilitas kursi roda. Tidak banyak persiapan dalam perjalanan saya ke Singapore, karena jarak tempuh yang dekat. Singapore Airlines tergolong mengakomodasi penumpang dengan disabilitas dengan baik. Setiap kali, pramugari/pramugaranya ramah dan mau membantu penumpang disabilitas selama boarding dengan menuntun serta membantu menyimpankan barang-barang penumpang di overhead compartment. Selain itu, mereka menyampaikan namanya untuk jika memerlukan sesuatu selama penerbangan dapat memanggil pramugara/pramugari tersebut. Sebelum sampai ke tujuan juga, mereka akan menjelaskan kepada penumpang yang menggunakan fasilitas kursi roda untuk menunggu sampai semua penumpang turun baru nanti akan dibantu untuk turun dari pesawat ke kursi rodanya dan kursinya rodanya akan sudah siap menunggu di pintu keluar. Saya beruntung pengalaman pertama saya menggunakan kursi roda adalah dengan Singapore Airlines karena mereka memiliki protokol yang baik untuk penumpang yang menggunakan kursi roda, sehingga saya jadi tahu bagaimana alurnya jika menggunakan kursi roda.

Ketika saya ke Eropa, saya pernah menggunakan Turkish Airlines dan Emirates-Flydubai. Ketiga maskapai ini bandaranya adalah pusat transit yang besar di dunia sehingga lalu lintas bandara sangat ramai. Ditambah saat ini mereka masih sedang ekspansi sehingga tambah sibuk. Saya mulai dengan Turkish Airlines, untuk fasilitas dalam pesawat serta kursinya saya katakan bagus dan nyaman, penumpang diberikan paket berisi sikat gigi, odol, lip balm, penutup mata, kaos kaki dan sandal serta kursinya leluasa. Saya banyak persiapan sebelum melakukan perjalanan karena perjalanan akan jauh. Saya membawa bantal kecil dua serta selimut tambahan. Saya juga sebelumnya meminta kursi yang terdepan sehingga bisa melonggarkan kaki. Saya juga membawa beberapa cemilan untuk di pesawat yang sesuai untuk saya. Kemudian kami rencanakan untuk transit lama di Turki. Yang memudahkan adalah warga negara Indonesia mendapatkan kemudahan visa on arrival sehingga kita tinggal mendapatkan visanya ketika tiba disana. Karena lama transit di Istanbul sehingga kami mendatangi counter Turkish Airlines di public area dan meminta fasilitas hotel dari mereka. Turkish Airlines menyediakan fasilitas hotel gratis untuk transit yang minimal 7 jam bagi kelas bisnis dan minimal 10 jam bagi kelas ekonomi. Hotel tidak jauh dari bandara dan mereka menyediakan fasilitas antar jemput. Hotelnya bagus dan kami bisa tidur, mandi dan mendapatkan sarapan juga. Ketika tiba di Istanbul dari Jakarta, saya tidak mendapatkan fasilitas dijemput dengan kendaraan yang seperti lift padahal saya telah terdaftar menggunakan kursi roda. Saya akhirnya harus menuruni tangga karena tidak terhubung belalai. Saya membuat penumpang lain akhirnya harus menunggu karena saya perlu pelan-pelan turun tangga dibantu ibu saya. Begitupun ketika pulang ke Jakarta. Namun ketika berangkat dari Istanbul ke tujuan saya di Eropa saya mendapatkan fasilitas kendaraan lift tersebut. Ketidakkonsistenan tersebut barangkali karena bandaranya yang sangat sibuk.

Pengalaman saya dengan Emirates-Flydubai berbeda lagi. Saya juga menggunakan maskapainya untuk perjalanan ke Eropa. Karena perjalanan jauh maka saya melakukan beberapa persiapan-persiapan seperti halnya ketika saya menggunakan maskapai Turkish Airlines. Saya membawa bantal dan selimut tambahan, serta cemilan sendiri. Dubai lebih teratur dalam lalu lintas bandaranya dibandingkan dengan Istanbul. Saya mendapatkan fasilitas kendaraan lift ketika tidak mendapatkan belalai. Jika anda sangat tergantung kursi roda, saya sarankan untuk jangan pindah terminal. Saya menggunakan Emirates kemudian lanjut dengan Flydubai ketika ke Eropanya karena alasan tertentu. Namun perpindahan dari terminal 3 ke terminal 2 akan menyulitkan penumpang yang tergantung kursi roda karena butuh keluar terminal dan naik bus. Seperti di Istanbul kami juga merencanakan transit lama di Dubai sehingga kami booking kamar di hotel bandara Dubai. Bandara Dubai menyediakan hotel di dalam bandara serta juga box inap yang mereka namakan ‘Snooze Cube‘. Hotel yang disediakan adalah hotel bintang 5 dan tersedia di terminal 1 dan 3. Harganya berkisar 200an USD/malam. Alternatif lain adalah ‘Snooze Cube’ yang berupa box inap berisi tempat tidur serta televisi dan dihitungnya per jam. Sejam untuk satu box dengan satu tempat tidur adalah 18 USD dan 24 USD untuk box dengan 2 tempat tidur. Fasilitas ini berlokasi di terminal 1. Di seberang lokasi box inap tersebut tersedia kamar mandi umum dengan fasilitas shower. Ketika pulang dari Eropa, kondisi saya kurang baik karena saya sempat mengalami krisis addisonian di Eropa yaitu serangan kegawatdaruratan akibat insufisiensi adrenal saya. Krisis tersebut membuat saya harus dirawat selama seminggu di RS swasta disana. Di pesawat, pramugaranya membantu saya untuk mendapatkan deretan kursi yang kosong sehingga saya bisa tidur memanjang di kelas ekonomi dan sesekali dia menanyakan kondisi saya selama perjalanan.

Setiap maskapai mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, maka ada baiknya anda mencari tahu sebanyak-banyaknya informasi mengenai setiap maskapai sebelum melakukan memilih maskapai dan merencanakan perjalanan anda untuk mendapatkan yang sesuai untuk anda. Pastikan anda telah melakukan segala persiapan dengan baik sebelum perjalanan serta jangan lupa membawa semua obat-obatan anda. Sebaiknya bawa lebih dari kebutuhan untuk jumlah obatnya untuk jaga-jaga. Bawalah resume dari dokter anda yang menjelaskan mengenai kondisi kesehatan anda dan obat-obatan yang anda konsumsi. Jika kondisi anda sedang kurang baik sebaiknya berpikir ulang untuk melakukan perjalanan kecuali jika terpaksa karena beberapa maskapai dapat tidak mengizinkan anda naik ke pesawat jika mereka menganggap kondisi anda tidak baik untuk menempuh perjalanan. Persiapkan beberapa hari sebelum perjalanan untuk banyak beristirahat, menjaga kondisi anda supaya dapat menempuh perjalanan dengan baik nantinya. Sebaiknya anda mencari maskapai dengan bandara yang pusat transit cukup besar yang memiliki fasilitas cukup lengkap seperti fasilitas medik jika ada gawat darurat serta banyak restoran dan lebih baik lagi yang ada fasilitas untuk inap.

Jika anda sudah melakukan semua persiapan dengan baik sebelum perjalanan, maka semoga perjalanan anda akan baik dan lancar. Selanjutnya anda tinggal menikmati perjalanan anda!

Salam

4 thoughts on “Travel dengan autoimun

  1. wah baca kisah mbak saya jadi dikuatkan, saya baru sakit susah makan sembarangan saja takut pergi pergi keluar kota dan takut traveling suka diam dirumah. tapi mbak benar benar hebat dan kuat bisa kemana mana hehe.. makasih atas sharingnya

  2. Saya termasuk salah satu penderita autoimun yg masih senang traveling. Memang saya merasakan perbedaan yg signifikan saat traveling dengan penyakit seperti ini. Sekedar sharing saja, selama ini saya selalu pergi sendiri (backpacker). Jadi segala sesuatu saya atur dan jalankan sendiri. Waktu di tempat destinasi tentunya saya sangat excited untuk menjelajahi tempat-tempat yang belum pernah saya kunjungi. Jadinya banyak jalan dan kadang-kadang kita lupa bahwa tidak boleh terlalu lelah. Lalu yang terjadi adalah penyakitnya menyerang kita kembali.

    Perjalanan pertama saya setelah didiagnosa dengan penyakit ini adalah menjelang tahun baru 2013. Saya pergi ke Macau dan Hongkong. Saya memutuskan untuk jalan-jalan karena merasa keadaan saya saat itu sudah baik (tidak ada keluhan apapun). Sayangnya perkiraan bahwa saya akan baik-baik saja selama perjalanan ternyata meleset semua. Lima jam perjalanan di dalam pesawat cukup menyiksa saya. Mata kering karena AC pesawat dingin sekali. Mulut juga kering sehingga banyak minum dan bolak-balik ke toilet. Setibanya disana saya langsung jalan-jalan. Beberapa hari kemudian sendi-sendi saya mulai nyeri kembali. Saya asumsikan karena banyak jalan kaki dan saya menjadi kelelahan.

    Ketika saya dalam pesawat untuk kembali ke Jakarta, saya agak bermasalah dengan lutut dan punggung. Saya memilih untuk duduk di aisle paling tidak agar salah satu kaki saya bisa diluruskan sehingga tidak terasa sakit dan saya bisa jalan-jalan di lorong pesawat tanpa mengganggu orang yg duduk disebelah saya.

    Yang pasti begitu memutuskan untuk jalan-jalan harus ada ekstra persiapan dan kita harus pintar-pintar mengatur waktu agar tidak kelelahan selama dalam perjalanan. Mungkin masalah pesawat yg dipaparkan oleh Mba Andini ada benarnya juga karena dapat menimbulkan rasa nyaman bagi penderita autoimun tapi saya rasa masih banyak hal laen yg harus diperhatikan oleh penderita autoimun slama traveling khususnya dalam mengatur diri kita agar tidak terlalu kelelahan dan agar penyakit kita tidak kambuh kembali. (menurut saya paling sulit untuk dilakukan saat traveling).

    Salam
    Elen

    • Terima kasih Elen masukannya, setuju kita harus selalu mengukur batas diri kita termasuk ketika traveling supaya tidak kelelahan. Kita masing-masing harus berusaha mengenali penyakit kita dan batasannya supaya menghindari kekambuhan selama perjalanan, inilah yang sulit. Saya juga masih sama-sama mengalami kesulitan disini. Terima kasih tambahannya, ini memang hal penting untuk diingatkan.

Leave a comment